Tampilkan postingan dengan label PRODUKSI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PRODUKSI. Tampilkan semua postingan

Selasa, 04 Oktober 2011

PRODUSEN DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KOPI (SERIAL BUDIDAYA KOPI)

KOPI Profil Pemain Utama ; PT Santos Jaya Abadi dengan merek andalan utamanya Kapal Api merupakan market leader di pasar KOPI bubuk di pasar domestik dewasa ini, dimana masih sulit ditandingi oleh produsen atau merek KOPI bubuk lainnya yang tentunya bersaing dengan ketat di pasaran. Kekokohan dari merek Kapal Api ini mengacu kepada hasil riset MARS Indonesia di “Indonesia Consumer Profile (ICP)” yang dilakukan secara rutin setiap tahun.

Adapun pada tahun 2007, pangsa pasar Kapal Api mencapai hampir setengah dari total pasar KOPI bubuk bermerek di dalam negeri (44,3%), sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya (2006) yang sebesar 44,0%. Pada tahun 2008, pangsa pasar ini sedikit naik menjadi 47,2%, tetapi kemudian pada tahun 2009 kembali turun menjadi 43,6%. Atau dengan kata lain, dalam empat tahun terakhir pangsa pasar merek Kapal Api sebesar 45% per tahun. Atau dua setengah kali lipat lebih tinggi dibandingkan pangsa pasar merek kedua terbesar yakni merek ABC (dalam tahun 2009 sebesar 18.9%).

Jadi, dengan dua merek ini saja, PT Santos Jaya Abadi betul-betul mendominasi pasar bubuk bermerek di dalam negeri, yakni mencapai 62.5%. Belum lagi merek-merek lainnya yang juga sudah dikenal baik di pasaran seperti Ya dan Good Day.

Untuk menjadi perusahaan yang besar seperti saat ini, PT Santos Jaya bukanlah tanpa tantangan dalam perjalanan bisnis yang diawali dengan skala industri rumah tangga sederhana. Awalnya perusahaan ini didirikan di Surabaya pada tahun 1927 oleh Go Soe Loet, seorang perantau dari Cina daratan. Berbeda dengan pengusaha KOPI bubuk lainnya, ia menaruh perhatian yang fokus pada mutu aroma dan rasa dari produk KOPInya, dikombinasi dengan harga yang terjaga dan terjangkau oleh masyarakat luas. Ternyata apa yang dilakukannya ini terbukti menjadi senjata pamungkas keberhasilannya membesarkan usahanya. Dengan kiat yang tepat tersebut, perusahaaan pun tumbuh dengan cepat dan dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama, perusahaan mulai memproduksi KOPI dengan merek “Kapal Api”.

Hingga tahun 1970, kemampuan produksi usaha keluarga ini masih hitungan ratusan kilogram saja per hari dan kemasannya pun masih dari kertas. Baru setelah tahun 1970, berkenaan dengan aktifnya generasi kedua keluarga ini dalam mengelola perusahaan, perubahan drastis pun terjadi baik dari sisi modernisasi mesin produksi, pengembangan manajemen, meningkatkan keterampilan tenaga kerja maupun dalam hal perluasan jaringan distribusi hingga ke seluruh Jawa Timur.

Keberanian manajemen memasang iklan di TVRI pada akhir 1970-an juga menjadi pemicu kesuksesan pemasaran produknya hingga dikenal secara nasional, tidak hanya di Jawa Timur saja. Bisa dikatakan, perusahaan ini menjadi pelopor iklan produk KOPI di layar kaca. Penjualan pun langsung meningkat berlipat ganda.

Secara yuridis perusahaan ini didirikan pada 18 Mei 1979 dengan nama PT Santos Jaya Coffee Company. Satu tahun kemudian, nama perusahaan diubah lagi menjadi PT Santos Jaya Abadi. Nama ini bertahan hingga saat ini.

Perusahaan pun terus berkembang, dan pada tahun 1980 manajemen membangun pabrik yang sekarang berada di Sepanjang, Sidoarjo, Jawa timur. Pada tahap ini, merk Kapal Api telah menjadi penyangga utama perusahaan yang tersebar rata di seluruh Indonesia sekaligus menjadi pemimpin pasar dengan rangkaian produk lengkapnya.

Setelah beberapa kali melakukan perluasan usaha, terakhir perusahaan ini melakukan pemasangan mesin baru buatan Jerman, sehingga kapasitas produksinya meningkat tajam dari 5 ton per jam menjadi 15 ton per jam. Artinya, jika perusahaan bekerja 300 hari per tahun dan dua shift per hari (@ 8 jam), maka utilitas produksi pertahunnya mampu mencapai 72.000 ton per tahun. Suatu kapasitas yang amat besar jika dibandingkan dengan konsumsi KOPI bubuk per tahun di dalam negeri saat ini yang berada pada sekitar 130.000 ton per tahun (atau sekitar 55% dari total konsumsi).

Melanjutkan sukses merk Kapal Api dan demi kepuasan pelanggan, PT Santos Jaya Abadi memperkenalkan beberapa merk KOPI lain yang juga berhasil meraih sukses di pasaran, yaitu Excelso, ABC, Good Day, Ya dan Kapten. Tampaknya merek Kapten khusus disegmentasikan ke daerah luar Jawa.

Tentunya, manajemen perusahaan ini bukan tidak ada kegagalan dalam membangun usaha perKOPIan bubuk ini. Merek DANGDUT yang pernah diluncurkan ke pasar, pada akhirnya dihentikan produksinya. Demikian pula, KOPI celup merek SANTOS yang diluncurkan ke pasar sejak 1993 juga saat ini telah dihentikan produksinya.

Hingga kini, PT Santos Jaya Abadi dengan rangkaian produknya telah menjadi bagian dari keseharian dan bahkan berlangsung dari generasi ke generasi. Hal ini tidak terlepas dari buah manajemen yang prima, dedikasi menyeluruh dari seluruh staff dan tentu saja layanan serta kualitas tinggi dari produk. Berikut ini disajikan profil produk dari PT Santos Jaya Abadi.

Artikel Terkait:

PRODUSEN DAN PERKEMBANGAN PRODUK KOPI (SERIAL BUDIDAYA KOPI) BAG 2KARAKTERISTIK USAHA INDUSTRI KOPI DI INDONESIA (SERIAL BUDIDAYA KOPI)KUNCI SUKSES USAHA / INDUSTRI KOPI (SERIAL BUDIDAYA KOPI)PERKEMBANGAN PRODUKSI KOPI DI INDONESIAPETA PRODUSEN KOPI DI INDONESIA (SERIAL BUDIDAYA KOPI)

View the original article here

PERKEMBANGAN PRODUKSI KOPI DI INDONESIA

KOPI Indonesia merupakan negara produsen KOPI keempat terbesar di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Colombia. Kemampuan Indonesia sebagai salah satu produsen KOPI terbesar di dunia adalah merupakan kisah panjang sejak jaman Pemerintah Hindia Belanda sejak awal 1900-an. Ketika itu, pemerintah Hindia Belanda menjadikan KOPI sebagai salah satu komoditas andalan ekspor. KOPI dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan yang dikelola oleh Pemerintah Hindia Belanda dan hampir seluruh hasilnya diekspor, kecuali KOPI yang tidak laku diekspor. KOPI yang berkualitas rendah ini dijual ke pasar dalam negeri. Sejalan dengan didirikannya perkebunan KOPI pada masa itu, maka menjamur pulalah industri pengolahan KOPI bubuk meski secara mayoritas skala usahanya masih industri menengah kecil. Cikal bakal produsen KOPI terbesar saat ini, seperti merek Kapal Api telah berdiri pada saat itu (1927).

Pertumbuhan produksi KOPI olahan, terutama KOPI bubuk pun terus menanjak. Produksi KOPI bubuk Indonesia pada 2008 telah mencapai 129.659 ton. Dalam lima tahun terakhir (2004-2008), pertumbuhan produksi KOPI ini mencapai rata-rata 5,0 persen per tahun. Sebagaimana akan dibahas di Bab lain dalam Buku Studi ini, dimana hampir seluruhnya produksi KOPI bubuk dalam negeri dikonsumsi di pasaran lokal, artinya pertumbuhan yang relatif mendatar tersebut merupakan cerminan dari pertumbuhan konsumsi KOPI bubuk lokal yang tumbuhnya relatif landai pula.

Belakangan, berbagai diferensiasi KOPI olahan dikembangkan di dalam negeri, tetapi tampaknya hanya ada dua jenis yang mendapat pasar, yakni KOPI instan (tanpa ampas) dan KOPI mix. KOPI instan muncul di pasar dalam negeri seiring dengan berdirinya PT Nestle Indonesia (1993), dan kemudian PT Sari Incofood Corporation (1984). Dalam lima tahun terakhir, produksi KOPI instan ini berkisar pada 10.000an ribu ton per tahun dengan tren pertumbuhan dalam periode 2004-2008 relatif lamban, yakni mencapai 4,3 persen per tahun. Produksi KOPI instan di Indonesia pada 2008 mencapai 10.995 ton, dan produksi 2009 diperkirakan tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, yakni 11.000 ton.

Secara keseluruhan, jumlah produksi KOPI bubuk dan KOPI instan pada 2008 mencapai 140.654 ton, naik rata-rata 4,8 persen per tahun sejak 2004 atau selama periode lima tahun terakhir. Pada 2009, produksi kedua jenis KOPI ini diperkirakan mencapai 141.000 ton. Perkiraan produksi ini didasarkan pada pengaruh stagnasi pertumbuhan ekonomi 2009 sebagai kelanjutan dampak krisis finansial global pada 2007-2008 sebelumnya.

Pasar perKOPIan di dalam negeri dewasa ini tidak hanya diramaikan oleh KOPI bubuk dan KOPI instan, tetapi juga oleh kehadiran KOPI mix yang makin mendapat tempat di penggemar KOPI dalam negeri. Keunggulan KOPI ini tidak hanya terletak pada disain pengemasannya yang sedemikian rupa sehingga sangat praktis dikonsumsi, karena dikemasan dalam kemasan sachet, tetapi juga kreatifitas para produsen KOPI yang menyajikan dalam berbagai varian, baik ditinjau dari sisi decafeinated atau pun non decafeinated; maupun ditinjau dari beragam campuran rasa. Lonjakan produksi pun tak terhindarkan, bahkan secara kuantitas menyamai atau pernah menyamai jumlah produksi KOPI bubuk itu sendiri, yakni 102.053 ton pada 2005 (Sumber: BPS). Memang, produksi masih terlihat fluktuatif, dan pada tahun 2008 tercatat sebesar 87.505 ton.

Bagaimana pun juga gonjang-ganjing perekonomian dalam lima tahun terakhir karena hantaman berbagai krisis, tak pelak mempengaruhi perkembangan produksi dari KOPI mix ini pula. Sebab, sebagaimana diketahui, bahwa proporsi KOPI dalam KOPI mix ini sebetulnya relatif kecil (antara 5 hingga 13% volume), artinya yang terbesar adalah komponen lainnya seperti susu, gula dan campuran lainnya seperti cokelat, ginseng, creamer, jahe dan lain-lain. Karena umumnya, KOPI mix dikemas dalam bentuk sachet, faktor biaya kemasan juga mempengaruhi produksi dari pada KOPI ini.

Dilihat dari segi produsen, PT Santos Jaya Abadi masih menjadi leader di bisnis perKOPIan di Indonesia, dimana dalam tiga tahun terakhir (2007- 2009) perusahaan ini menguasai antara 44% hingga 45% pangsa pasar KOPI di Indonesia. Sedangkan PT Torabika Eka Semesta tetap menguntit pada urutan kedua dengan pangsa priduksi pada kisaran 17% hingga 22%, diikuti oleh PT Sari Incoffod Corporation pada share produksi antara 13% hingga 14% dan PT Nestle Indonesia pada kisaran share produksi pada 5% hingga 6%.

Dari segi produksi per perusahaan ini pula dapat menggambarkan peta persaingan KOPI di Indonesia, dimana masih dikuasai oleh segelintir perusahaan-perusahaan besar saja. Meskipun sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa total produsen KOPI di Indonesia mencapai lebih dari 400 perusahaan, dimana yang dipastikan masih aktif berproduksi sebanyak 205 perusahaan, tetapi jumlah usaha kecil yang jumlah ratusan tersebut hanya memiliki pangsa dari sisi produksi tidak lebih dari 8% saja. Artinya, dalam peta persaingan ini jelas perusahaan-perusahaan kecil tersebut sulit untuk mampu bersaing secara sehat terhadap segelintir perusahaan besar yang mana sangat agresif dalam periklanan produknya, baik di media televisi, radio maupun media cetak.

Tak heran, pada tahun 2009 yang lalu kerasnya persaingan di bidang bisnis KOPI di Indonesia ini menelan korban sebanyak 110 buah perusahaan rumah tangga, kecil atau menengah yang tidak mampu beroperasi lagi, dimana 69 perusahaan telah berhenti kegiatan operasionalnya dan 17 perusahaan betul-betul berhenti produksi secara permanen, serta tiga perusahaan membatalkan rencana usaha memproduksi KOPI.

Artikel Terkait:

PRODUSEN DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KOPI (SERIAL BUDIDAYA KOPI)Perkembangan Ekspor KOPI BubukPETA PRODUSEN KOPI DI INDONESIA (SERIAL BUDIDAYA KOPI)PRODUSEN DAN PERKEMBANGAN PRODUK KOPI (SERIAL BUDIDAYA KOPI) BAG 2KARAKTERISTIK USAHA INDUSTRI KOPI DI INDONESIA (SERIAL BUDIDAYA KOPI)

View the original article here